Friday, September 20, 2019

BUDAYAKAN LITERASI UNTUK MASA DEPAN LEBIH BAIK


Sejak pukul 3 sore tadi saya ngedumel dalam hati. Baru pulang dari sekolah sudah disuruh mama menjaga adik. Lebih menyebalkan lagi, adik saya yang baru berusia 7 tahun ini nakalnya bukan main. Ya maklum, sih namanya juga anak-anak. Namun, yang mengesalkan adalah dari tadi Ia merengek minta dikembalikan handphone-nya yang disita oleh mama karena sudah dimainkan sejak pagi buta.

Alhasil, saya diminta untuk menemani, membujuk rayu si adik agar berhenti merengek sekaligus mengajaknya bermain permainan ‘sebenarnya’ tanpa harus terus-menerus memikirkan gawai -nya. “siapa suruh dibeliin hape”, begitu umpatanku ke mama setiap kali beliau mengeluhkan sifat adik yang tidak bisa lagi lepas dari benda elektronik tersebut.

Sejak diperkenalkan dengan gawai, efeknya ke adik sangat tak karuan. Sang adik yang sejak kecil selalu aktif bermain diluar, bersosialisasi dengan teman-teman di komplek rumah, jadi lebih senang mengurung diri di kamar dan bermain aplikasi apa saja di gawai kesayangannya.

Jujur, pada awalnya kami malah lebih tenang mengingat si adik sangat hiperaktif dan terus keluyuran kesana kemari. Jadi, saat pertama kali diberikan gawai ada rasa tenang yang keluarga kami rasakan saat itu.

Namun, lama-kelamaan benda kecil itu telah merenggut hidup adik. Pagi, siang, malam main hape. Lupa makan, lupa sholat, lupa ngerjain PR. Dan tiap kali dipaksa berjauhan dengan benda tersebut, Ia meraung dan ngambek tanpa ampun sampai gawai-nya kembali.

Selain itu, salah satu dampak buruk bagi anak zaman sekarang seperti yang terjadi pada adik saya dari kecanduan bermain gawai adalah kurangnya minat membaca buku. Padahal, seperti pepatah bilang “buku adalah jendela dunia”. Jika ingin melihat dan mengetahui dunia perbanyaklah membaca buku. Kini, era digital telah mengganti minat membaca buku menjadi minat bermain gawai.

Padahal, waktu terbaik untuk mengajarkan budaya membaca buku adalah sejak dini ketika anak-anak masih berusia balita. Di usia ini kemampuan otak anak masih sangat baik sehingga mampu menampung beragam informasi dan menyerapnya dengan sangat baik.

Namun, sejak memasuki era digital generasi muda cenderung lebih senang bermain gawai  dan teknologi lainnya dibandingkan menerapkan gaya hidup membaca buku.

Walaupun begitu, faktanya bermain gawai  juga memiliki dampak positif sendiri bagi generasi millenial saat ini. Banyak pengetahuan luar biasa dengan mudah diperoleh melalui alat elektronik tersebut. Selain itu, karakter generasi millenial yang hidup di era teknologi adalah senang mempelajari hal-hal baru dan kritis pada fenomena sosial termasuk dalam mempelajari beragam jenis aplikasi dan teknologi apapun. Tentu saja karakter ini memiliki sisi positif sendiri yang membedakan generasi millenial dengan generasi sebelumnya.


Hidup di era digital memang memaksa siapapun kita baik kaum tua maupun muda untuk mampu mempelajari dan hidup bersama kemajuan teknologi. Di dalam gawai  terdapat banyak sekali informasi baru dari internet yang memiliki sisi positif dan negatif. Ada jutaan informasi penting dari seluruh dunia yang mampu menambah pengetahuan dan ilmu bagi pembacanya. Namun, banyak juga konten yang kurang penting bahkan negatif jika salah mengelola dan menyerap informasi tersebut.

Oleh karenanya, diperlukan kebijaksanaan dalam mengelola informasi yang diperoleh dari teknologi. Bagaimana caranya? Cara yang paling tepat adalah dengan membudayakan literasi sejak dini.

Apa itu literasi?

Menurut Wikipedia, literasi sendiri adalah kemampuan mengolah informasi dari proses membaca ataupun menulis. Lebih dalam lagi, pemaknaan dari literasi adalah kemampuan membaca kata dan dunia.

Hidup di era digital memungkinkan siapapun dari belahan dunia manapun untuk menyebarkan dan mengakses informasi dengan cepat dan mudah. Ada banyak konotasi, istilah, dan pemahaman yang sering kali membingungkan akibat perbedaan pendapat dan pola fikir antar individu. Tak jarang, hanya dari satu informasi saja dapat berujung pada pertikaian akibat berbeda pendapat, caci maki akibat kesalahpahaman, penyebaran berita hoax yang dengan mudah diakses dan dipercayai oleh orang awam, hingga berita konspirasi yang bertujuan menyebarkan kebencian serta adu domba.

Semua terjadi akibat kurangnya kemampuan literasi di masyarakat.


Hal mendasar yang menyebabkan masyarakat kurang memiliki kemampuan literasi karena minat yang kurang dari membaca buku dan tulisan dari sumber manapun.

Alhasil, sering kita jumpai kejadian saat ini dimana seseorang mudah percaya pada satu jenis berita yang baru diperoleh, mudah tersungut emosinya ketika membaca komentar-komentar yang tidak benar di sosial media, hingga muncul konflik lainnya disana-sini.

Untuk itu, menanamkan budaya literasi nyatanya amatlah penting untuk dipupuk sejak dini. Terutama dalam menghadapi era digital dimana menjadi pemain di dunia teknologi bukan berarti lepas dari budaya membaca buku, namun seharusnya budaya membaca semakin diperkuat mengingat mudahnya akses informasi di era digital dengan beragam konten yang punya sisi baik dan buruk.

Lantas, bagaimana cara menanamkan budaya literasi?

Langkah awal dalam menanamkan minat membaca dapat dimulai dari unit terkecil di masyarakat yaitu keluarga. Keluarga memiliki peran penting bagi anggotanya untuk melihat dunia. Orangtua menjadi sumber bagi pembentukan budaya literasi kepada anak yang harus mulai dibudidayakan sedini mungkin.

Lalu, bagaimana cara orangtua memupuk budaya literasi pada anak?

Ada beberapa cara yang bisa dilakukan oleh orangtua untuk membuat anak memiliki gaya hidup membaca dan kemampuan literasi yang baik. berikut tipsnya untuk kalian :

1. Tumbuhkan Kesadaran Pentingnya Membaca pada Anak

Sedini mungkin ajarkan anak agar gemar membaca dengan memberikan pemahaman pentingnya rajin membaca buku dan menulis. Hal ini bisa dikembangkan dengan terus membimbing anak dengan baik dan memberi contoh gemar membaca selama berada dirumah. Anak sering kali melakukan sesuatu yang dilakukan orangtuanya. Oleh karena itu, berikanlah contoh dengan rajin membaca buku, sehingga sang anak akan mengikuti apa yang orangtuanya lakukan.

2. Sediakan ruang khusus membaca yang nyaman di rumah

Agar sang buah hati senang membaca, berikan ruang khusus membaca yang nyaman dan dilengkapi koleksi buku-buku terbaru di rumah. Tidak perlu ruang yang terlalu besar, cukup sudut ruang yang nyaman dan rapi sehingga anak pun betah bermain dan membaca disana.

3. Ajak Anak Aktif Membaca tulisan yang Terdapat Pada Benda-Benda disekitarnya

Cara lain untuk menanamkan budaya literasi bagi anak adalah dengan bermain membaca kata bersama sang anak pada tulisan-tulisan yang ada disekitarnya. Seperti saat tengah sarapan pagi, beri waktu untuk bermain dengan anak membaca tulisan yang ada di kotak sereal, atau pada saat tengah mandi, ajak anak untuk aktif membaca tulisan-tulisan yang terdapat pada kemasan shampo atau sabun yang ada.

Langkah kecil tersebut selain dapat menumbuhkan minat literasi pada anak, juga dapat membantu meningkatkan kosakata anak pada kata-kata yang sukar atau jarang Ia temukan sebelumnya. Hal tersebut nyatanya mampu meningkatkan daya ingat sang anak.

4. Luangkan waktu untuk Berdiskusi dengan Anak

Banyak kejadian saat ini dimana sang anak senang bermain gawai  dikarenakan kurangnya kepedulian orangtua ataupun keluarga dalam bersosialisasi dan berkomunikasi dengan anak. Padahal, masa kanak-kanak adalah masa emas untuk meningkatkan cara berkomunikasi dan mempertajam kemampuan berfikir sang anak.

Oleh karenanya, untuk para orangtua yuk, mulai sekarang luangkan waktu untuk berdiskusi dengan anak misalnya membahas tentang materi di sekolah, atau hal-hal baru dengan cara yang menyenangkan tanpa menekan mental sang anak. Berdiskusilah sambil bermain, sehingga sang anak pun betah dan melupakan gawai  yang Ia miliki.

5. Dampingi Anak dalam Bermain Gawai, Laptop, ataupun alat teknologi lainnya

Di era digital setiap generasi dituntut untuk bisa bermain teknologi informasi komunikasi dengan baik. Untuk itu, bagi seorang anak penting juga meningkatkan soft skill dalam bermain teknologi. 

Agar tidak salah arah, peran orangtua diperlukan dalam mengajarkan dan mendampingi anak dalam bermain gawai, laptop, tablet, dan alat teknologi lainnya. Dengan begitu, anak akan terbiasa mengakses hal-hal yang positif dan tidak terjerat pada pengaruh negatif dari teknologi.

Dengan 5 cara diatas, budaya literasi jadi lebih mudah untuk dikembangkan terutama bagi anak usia dini yang masih amat polos dan butuh arahan besar dari orangtua dan keluarga.

Lalu, bagaimana cara memupuk budaya literasi di tengah masyarakat?

Nyatanya, budaya literasi juga harus dikembangkan tidak hanya bagi anak kecil namun juga bagi orang dewasa dan remaja. Literasi penting bagi kita semua karena dengan budaya inilah seseorang bisa memilah informasi dengan baik, cerdas dalam berfikir dan bertindak, serta memiliki pengetahuan yang luas yang diharapkan mampu terbentuk sikap yang baik kedepannya.

Untuk itu, dalam bermasyarakat pun kita harus memiliki kemampuan literasi yang baik. terutama bagi remaja yang amat dekat dengan sosial media dan dunia maya.

Remaja adalah masa yang amat rentan pada hal baru karena di usia inilah terjadi peralihan dalam sikap, cara berfikir, dan perspektif tentang masa depan.

Banyak sekali kejadian dimana seorang remaja yang dirugikan masa depannya akibat kesalahan bermain sosial media, kurangnya kemampuan mengolah informasi dari internet, hingga pertikaian yang terjadi hanya karena sebuah konten di dunia maya. Kejadian-kejadian ini penyebab utamanya adalah kurangnya kemampuan seseorang dalam berliterasi dengan baik.

Ada beberapa cara yang bisa dilakukan seseorang dalam membudayakan literasi di masyarakat terutama pada era digital diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Biasakan untuk mencari informasi dari banyak sumber yang terpercaya. Jangan mudah menyebarkan konten yang diragukan keabsahannya. Carilah konten yang bermanfaat dari situs yang kredibel atau terpercaya.

2. Berlatihlah membaca dan menulis dengan mengikuti organisasi atau komunitas sosial di bidang pendidikan, ataupun diskusi isu sosial lainnya. Melalui komunitas, kemampuan literasi kita juga dapat dikembangkan dengan belajar bersama orang lain dan saling bertukar pengetahuan antar sesama. Dengan begitu, kemampuan literasi kita pun akan semakin meningkat.

3. Rajin membaca berita yang ada, ataupun buku baik buku cetak maupun elektronik. Penuhi memori gawai dengan aplikasi-aplikasi yang positif seperti aplikasi wattpad yang memiliki komunitas penulis dan jutaan buku didalamnya, ataupun aplikasi duolingo untuk melatih kemampuan bahasa asing, dan aplikasi-aplikasi lainnya.

4. Ikuti kegiatan di bidang karya tulis juga dapat meningkatkan kemampuan literasi seseorang. Banyak informasi lomba yang tersebar di sosial media seperti instagram. Mengikuti kompetisi menulis tidak hanya melatih daya saing seseorang juga mampu meningkatkan kemampuan literasi dan pengetahuan kedepan.


Nah, itu tadi adalah beberapa cara untuk membudayakan literasi di lingkungan keluarga dan masyarakat.

Hal penting yang harus diingat adalah, biasakan membaca. Buat gaya hidup membaca sebagai prioritas sehari-hari. Karena membaca adalah langkah awal untuk melihat dunia dan meraih masa depan yang lebih baik.


Penulis      : Riska Dwinda Elsyah
Illustrator : Riska Dwinda Elsyah

Artikel ini dibuat untuk mengikuti blog competition Pendidikan Keluarga 2019 oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia


0 Comments

Post a Comment