Sebagai
seorang perempuan, wajar jika saya memiliki hobi berbelanja. Ada kesenangan
sendiri yang tidak bisa diungkapkan seorang wanita ketika tengah melakoni hobi
yang satu ini. Biasanya lebih mengasyikan lagi bagi saya jika melakukan hobi berbelanja
ini di awal bulan, tentu saja alasannya karena di saat-saat begitu modal
melakoni hobi ini sedang sangat banyak-banyaknya. Hehe
Namun,
lain dari wanita kebanyakan saya lebih senang berbelanja makanan dibandingkan
produk favorit wanita lainnya. Hobi saya selain belanja tentu saja: makan. Nah,
melakukan kedua hobi ini secara bersamaan telah menciptakan syurga duniawi
sendiri, sih bagi saya. Dan tentu
saja, hanya orang dengan tipikal yang sama seperti saya yang tahu bagaimana
rasanya.
Ketika
memasuki pusat perbelanjaan, tempat yang paling menggiurkan mata adalah grocery store. Biasanya di awal bulan,
saya senang menyetok beragam jenis makanan cemilan untuk dimakan beberapa
minggu kedepan. Mulai dari cemilan ringan seperti ciki, biskuit, kacang polong,
hingga susu, teh, dan sereal. Tak lupa, makanan favorit anak kosan, indomie. Hehe
Satu
hal yang paling melekat di diri saya ketika melakukan hobi ini adalah, saya
sering kali kalap. Lupa diri, begitu
kira-kira. Biasanya, saya memilih jenis-jenis makanan cemilan berdasarkan 3
hal; harga, promo, dan jenis makanannya. Maklum, uang anak kos terbatas. Gaji
juga gak seberapa. Alhasil, 3 hal
mendasar inilah yang menjadi pertimbangan saya ketika melakukan hobi berbelanja.
Tanggal
30 Agustus lalu, ketika bersiap-siap bertemu hari esok dan bertemu gaji bulanan
saya iseng mencari-cari informasi barang promo di salah satu e-commerce favorit saya. Saat itulah,
ketika memasuki ruang mbah google saya
menemukan berita terbaru berjudul “12 pekerja muntah-muntah keracunan makanan
ringan”. Sedetik kemudian, terbersit di hati saya untuk meng-klik dan membaca
berita tersebut lebih lanjut. Dalam benak saya saat itu, pasti 12 orang ini
mendapatkan makanan gratis, atau mungkin membeli di pedagang jalanan yang biasa
menjajakan makanan, atau mungkin makanan ringan yang dimaksud tidak memiliki
kemasan resmi. Ya, hal-hal semacam itu yang pertama kali menjadi praduga saya
atas alasan 12 orang pada berita online tersebut muntah-muntah keracunan
makanan.
Namun,
setelah membaca berita tersebut saya ‘agak’ terkejut ketika mengetahui makanan
ringan yang mereka peroleh justru berasal dari mini-swalayan yang biasa dikunjungi masyarakat, termasuk saya.
Diduga, makanan ringan tersebut telah habis masa waktunya alias telah
kadaluarsa.
Sambil
terus membaca berita tersebut, saya terus menerus bertanya sendiri “Kok bisa
makanan kadaluarsa nyangkut ke
swalayan?”. Bukankah makanan yang sudah masuk ke swalayan selalu di-sortir
keabsahan dan kelayakan produknya oleh petugas swalayan?
Semakin
lama saya membaca berita itu, saya jadi berfikir sendiri “Jadi kalau sudah begini, siapa yang salah, ya?”
Kita
pasti dengan mudah menyalahkan petugas swalayan karena tidak menyortir dengan
baik barang yang masuk dan mengecek secara berkala. Tabiat manusia, kan suka
gitu, ya. Menyalahkan orang. Namun, dalam hal begini sebenarnya masyarakatnya
sendiri juga memiliki kesalahan. Loh, kok
gitu? Iya,dong!
Begini,
setiap produk sebenarnya punya ‘cerita’ di kemasannya yang berisikan jenis,
komposisi, waktu, dan keterangan lainnya. Kesalahan umum yang kerap terjadi di
masyarakat seperti saya contohnya adalah kita sering kali ‘kalap’ alias lupa
diri ketika ingin membeli suatu produk. Yang
penting murah, yang penting promo. Begitulah kira-kira. Padahal, produk ini
akan masuk ke tubuh kita. Jadi, bagaimana pun kesalahan ataupun kekhilafan
seorang petugas swalayan, tetaplah diri kita yang menjadi korban atas kelalaian
diri yang tidak melakukan pengecekan pertama.
Nah,
dalam hal ini BPOM Indonesia punya solusinya, loh agar masyarakat mampu terhindar dari kasus kelalaian dalam
memilih produk makanan. Daripada saling salah-menyalahi mending cari upaya pencegahan sejak dini. Betul, tidak?
Setelah
saya mencari tahu, caranya mudah-amat-mudah, loh teman-teman! BPOM mengajak kita melakukan upaya pencegahan
melalui kampanye “AYO CEK KLIK SEBELUM
BELANJA”.
Kampanye Ayo Cek Klik Sebelum Belanja
Saat
pertama kali membaca info ini, saya jadi penasaran sendiri “Apa ya KLIK itu?” “Kayaknya ribet”. Ternyata fikiran buruk saya
salah besar. KLIK adalah singkatan dari (KEMASAN,
LABEL, IZIN EDAR, dan KADALUARSA). Nah, untuk produk-produk makanan selalu
ada 4 komponen ini, guys. Jadi
sebenarnya kita amat bisa terhindar dari kasus yang merugikan kesehatan jika
rajin, senang, dan disiplin dalam mengecek KLIK sebelum membeli makanan.
Pertama, kemasan.
Setiap makanan yang ‘benar’ alias baik untuk dikonsumsi selalu punya kemasan
yang rapih dengan tujuan menjaga kandungan makanan yang ada didalamnya.
Pastikan kalian mengecek kemasan makanan yang kalian pilih dengan baik. Jangan
ada celah yang sudah terbuka, atau sobek, dan kondisi ‘cacat’ lainnya. Ini
penting mengingat dari kemasan itu lah terlihat bagaimana kualitas makanan yang
didalamnya. Kalau kemasan yang melindunginya saja sudah rusak, bagaimana isinya?
Kedua, LABEL.
Nah, label makanan juga harus kita cek sebelum melakukan hobi berbelanja
makanan. Pastikan label produk jelas, ya!
Ketiga, izin edar.
Pastikan produk makanan tersebut memiliki izin edar yang jelas, ada tanda halal
untuk kalian yang muslim, juga terdapat nomor izin edar dari BPOM. Jika sudah
ada 3 hal ini, berarti produk tersebut sudah melewati proses pengecekan
kelayakan makanan jadi aman untuk dikonsumsi.
Keempat, cek tanggal kadaluarsa.
Ini mungkin yang sudah biasa dilakukan oleh orang-orang yang teliti sebelum
berbelanja, ya. Saya juga sering melakukan pengecekan yang satu ini. Wehee. Karena selain mudah dicari di
kemasan, juga menjadi tolak ukur pertama bahwa makanan tersebut masih layak
untuk dikonsumsi sebelum menjadi basi atau
tidak sehat lagi.
Wah,
sudah ada kampanye penting begini dari pemerintah, maka semestinya masyarakat
Indonesia gak ada lagi yang mengalami
korban keracunan makanan, dong? Benar, kan? Yang penting adalah rajin dan
membiasakan diri untuk selalu cek KLIK sebelum belanja, sebelum memilih makanan
kesukaan, dan sebelum memakan produk apapun itu. Karena kalau sudah
‘kebablasan’ yang jadi korban tetaplah kita dan perut kita. Betul, tidak?
Aplikasi 2D barcode
Nah,
selain kampanye cek KLIK, BPOM juga menyediakan layanan aplikasi yaitu 2D barcode. Loh, apalagi toh itu? Aplikasi
2D barcode ini adalah layanan yang
disediakan pemerintah bagi konsumen untuk melakukan pengecekan produk makanan
dan obat melalui label produk di kemasan. Nah, dengan scan 2D barcode ini
kalian akan dengan mudah mendapat informasi lebih lanjut soal produk di layanan
aplikasi tersebut.
Wah,
detail sekali, ya BPOM Indonesia. Betapa pedulinya, loh pemerintah dalam
membangun kesadaran konsumen Indonesia yang amat konsumtif hingga suka kalap
berbelanja. Sudah ada alat canggih begini, sih seharusnya masyarakat jadi lebih
aware dalam menjaga kesehatan.
Seharusnya, sih gak ada lagi kasus keracunan makanan kemasan, gak ada lagi yang
muntah-muntah karena telah menerapkan budaya hidup sehat paling awal dan paling
mudah dengan cek KLIK sebelum berbelanja.
Yuk,
hindari keracunan makanan. Cek klik dulu, dong!
Penulis
: Riska Dwinda Elsyah
_Artikel ini
dibuat untuk mengikuti Blog Competition “Ayok Cek KLIK Sebelum Berbelanja” oleh
BPOM RI #BelanjaAman #AyoCekKlik
0 Comments
Post a Comment