Tuesday, September 17, 2019

Awas keracunan makanan! Cek Klik dulu, yuk!



Sebagai seorang perempuan, wajar jika saya memiliki hobi berbelanja. Ada kesenangan sendiri yang tidak bisa diungkapkan seorang wanita ketika tengah melakoni hobi yang satu ini. Biasanya lebih mengasyikan lagi bagi saya jika melakukan hobi berbelanja ini di awal bulan, tentu saja alasannya karena di saat-saat begitu modal melakoni hobi ini sedang sangat banyak-banyaknya. Hehe

Namun, lain dari wanita kebanyakan saya lebih senang berbelanja makanan dibandingkan produk favorit wanita lainnya. Hobi saya selain belanja tentu saja: makan. Nah, melakukan kedua hobi ini secara bersamaan telah menciptakan syurga duniawi sendiri, sih bagi saya. Dan tentu saja, hanya orang dengan tipikal yang sama seperti saya yang tahu bagaimana rasanya.

Ketika memasuki pusat perbelanjaan, tempat yang paling menggiurkan mata adalah grocery store. Biasanya di awal bulan, saya senang menyetok beragam jenis makanan cemilan untuk dimakan beberapa minggu kedepan. Mulai dari cemilan ringan seperti ciki, biskuit, kacang polong, hingga susu, teh, dan sereal. Tak lupa, makanan favorit anak kosan, indomie. Hehe

Satu hal yang paling melekat di diri saya ketika melakukan hobi ini adalah, saya sering kali kalap. Lupa diri, begitu kira-kira. Biasanya, saya memilih jenis-jenis makanan cemilan berdasarkan 3 hal; harga, promo, dan jenis makanannya. Maklum, uang anak kos terbatas. Gaji juga gak seberapa. Alhasil, 3 hal mendasar inilah yang menjadi pertimbangan saya ketika melakukan hobi berbelanja.

Tanggal 30 Agustus lalu, ketika bersiap-siap bertemu hari esok dan bertemu gaji bulanan saya iseng mencari-cari informasi barang promo di salah satu e-commerce favorit saya. Saat itulah, ketika memasuki ruang mbah google saya menemukan berita terbaru berjudul “12 pekerja muntah-muntah keracunan makanan ringan”. Sedetik kemudian, terbersit di hati saya untuk meng-klik dan membaca berita tersebut lebih lanjut. Dalam benak saya saat itu, pasti 12 orang ini mendapatkan makanan gratis, atau mungkin membeli di pedagang jalanan yang biasa menjajakan makanan, atau mungkin makanan ringan yang dimaksud tidak memiliki kemasan resmi. Ya, hal-hal semacam itu yang pertama kali menjadi praduga saya atas alasan 12 orang pada berita online tersebut muntah-muntah keracunan makanan.

Namun, setelah membaca berita tersebut saya ‘agak’ terkejut ketika mengetahui makanan ringan yang mereka peroleh justru berasal dari mini-swalayan yang biasa dikunjungi masyarakat, termasuk saya. Diduga, makanan ringan tersebut telah habis masa waktunya alias telah kadaluarsa.

Sambil terus membaca berita tersebut, saya terus menerus bertanya sendiri “Kok bisa makanan kadaluarsa nyangkut ke swalayan?”. Bukankah makanan yang sudah masuk ke swalayan selalu di-sortir keabsahan dan kelayakan produknya oleh petugas swalayan?

Semakin lama saya membaca berita itu, saya jadi berfikir sendiri “Jadi kalau sudah begini, siapa yang salah, ya?”

Kita pasti dengan mudah menyalahkan petugas swalayan karena tidak menyortir dengan baik barang yang masuk dan mengecek secara berkala. Tabiat manusia, kan suka gitu, ya. Menyalahkan orang. Namun, dalam hal begini sebenarnya masyarakatnya sendiri juga memiliki kesalahan. Loh, kok gitu? Iya,dong!

Begini, setiap produk sebenarnya punya ‘cerita’ di kemasannya yang berisikan jenis, komposisi, waktu, dan keterangan lainnya. Kesalahan umum yang kerap terjadi di masyarakat seperti saya contohnya adalah kita sering kali ‘kalap’ alias lupa diri ketika ingin membeli suatu produk. Yang penting murah, yang penting promo. Begitulah kira-kira. Padahal, produk ini akan masuk ke tubuh kita. Jadi, bagaimana pun kesalahan ataupun kekhilafan seorang petugas swalayan, tetaplah diri kita yang menjadi korban atas kelalaian diri yang tidak melakukan pengecekan pertama.

Nah, dalam hal ini BPOM Indonesia punya solusinya, loh agar masyarakat mampu terhindar dari kasus kelalaian dalam memilih produk makanan. Daripada saling salah-menyalahi mending cari upaya pencegahan sejak dini. Betul, tidak?

Setelah saya mencari tahu, caranya mudah-amat-mudah, loh teman-teman! BPOM mengajak kita melakukan upaya pencegahan melalui kampanye “AYO CEK KLIK SEBELUM BELANJA”.

Kampanye Ayo Cek Klik Sebelum Belanja

Saat pertama kali membaca info ini, saya jadi penasaran sendiri “Apa ya KLIK itu?” “Kayaknya ribet”. Ternyata fikiran buruk saya salah besar. KLIK adalah singkatan dari (KEMASAN, LABEL, IZIN EDAR, dan KADALUARSA). Nah, untuk produk-produk makanan selalu ada 4 komponen ini, guys. Jadi sebenarnya kita amat bisa terhindar dari kasus yang merugikan kesehatan jika rajin, senang, dan disiplin dalam mengecek KLIK sebelum membeli makanan.


Pertama, kemasan. Setiap makanan yang ‘benar’ alias baik untuk dikonsumsi selalu punya kemasan yang rapih dengan tujuan menjaga kandungan makanan yang ada didalamnya. Pastikan kalian mengecek kemasan makanan yang kalian pilih dengan baik. Jangan ada celah yang sudah terbuka, atau sobek, dan kondisi ‘cacat’ lainnya. Ini penting mengingat dari kemasan itu lah terlihat bagaimana kualitas makanan yang didalamnya. Kalau kemasan yang melindunginya saja sudah rusak, bagaimana isinya?


Kedua, LABEL. Nah, label makanan juga harus kita cek sebelum melakukan hobi berbelanja makanan. Pastikan label produk jelas, ya!


Ketiga, izin edar. Pastikan produk makanan tersebut memiliki izin edar yang jelas, ada tanda halal untuk kalian yang muslim, juga terdapat nomor izin edar dari BPOM. Jika sudah ada 3 hal ini, berarti produk tersebut sudah melewati proses pengecekan kelayakan makanan jadi aman untuk dikonsumsi.


Keempat, cek tanggal kadaluarsa. Ini mungkin yang sudah biasa dilakukan oleh orang-orang yang teliti sebelum berbelanja, ya. Saya juga sering melakukan pengecekan yang satu ini. Wehee. Karena selain mudah dicari di kemasan, juga menjadi tolak ukur pertama bahwa makanan tersebut masih layak untuk dikonsumsi sebelum menjadi basi atau tidak sehat lagi.

Wah, sudah ada kampanye penting begini dari pemerintah, maka semestinya masyarakat Indonesia gak ada lagi yang mengalami korban keracunan makanan, dong? Benar, kan? Yang penting adalah rajin dan membiasakan diri untuk selalu cek KLIK sebelum belanja, sebelum memilih makanan kesukaan, dan sebelum memakan produk apapun itu. Karena kalau sudah ‘kebablasan’ yang jadi korban tetaplah kita dan perut kita. Betul, tidak?


Aplikasi 2D barcode

Nah, selain kampanye cek KLIK, BPOM juga menyediakan layanan aplikasi yaitu 2D barcode. Loh, apalagi toh itu? Aplikasi 2D barcode ini adalah layanan yang disediakan pemerintah bagi konsumen untuk melakukan pengecekan produk makanan dan obat melalui label produk di kemasan. Nah, dengan scan 2D barcode ini kalian akan dengan mudah mendapat informasi lebih lanjut soal produk di layanan aplikasi tersebut.

Wah, detail sekali, ya BPOM Indonesia. Betapa pedulinya, loh pemerintah dalam membangun kesadaran konsumen Indonesia yang amat konsumtif hingga suka kalap berbelanja. Sudah ada alat canggih begini, sih seharusnya masyarakat jadi lebih aware dalam menjaga kesehatan. Seharusnya, sih gak ada lagi kasus keracunan makanan kemasan, gak ada lagi yang muntah-muntah karena telah menerapkan budaya hidup sehat paling awal dan paling mudah dengan cek KLIK sebelum berbelanja.

Yuk, hindari keracunan makanan. Cek klik dulu, dong!


Penulis : Riska Dwinda Elsyah

_Artikel ini dibuat untuk mengikuti Blog Competition “Ayok Cek KLIK Sebelum Berbelanja” oleh BPOM RI #BelanjaAman #AyoCekKlik

0 Comments

Post a Comment